Kabupaten Sidoarjo

SEJARAH

Fase pertama adalah berawal  legenda pada tahun 1019 – 1042,–Kerajaan Jawa Timur diperintah Airlangga, lalu membagi daerah kekuasaan menjadi dua kerajaan untuk diberikan ke dua putranya, yakni Kerajaan Daha (Kediri) dan Kerajaan Jenggala. Kerajaan Jenggala yang berdiri tahun 1024 ini kekuasaanya meliputi daerah Delta Brantas dengan ibukota berada di daerah,–sekarang sekitar wilayah Kecamatan Gedangan. Lalu karena perebuatan kekuasaan, Kerajaan Daha dan Kerajaan Jenggala mengobarkan perang saudara yang berakhir dengan kekalahan Jenggala pada 1045. ,–namun ada sumber lain menyebutkan kerajaan Jenggala pada 1060 masih ada, dan baru hilang kira-kira tahun 1902.

 

Selanjutnya memasuki fase pemerintahan kolonial Belanda, diawali tahun 1851. Pemerintah kolonial Belanda telah menandai  daerah Sidoarjo bernama Sidokare yang bagian dari kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom. Lalu  tahun 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda no. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.

 

Dengan demikian Kabupaten Sidokare telah berpisah dengan Kabupaten Surabaya, lalu diangkat bupati pertama, yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) yang bertempat tinggal di kampung Pandean. Seiring perjalanan waktu pada tahun 1859 itu,– berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten Sidokare berubah menjadi Kabupaten Sidoarjo. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa secara resmi terbentuknya Daerah Kabupaten Sidoarjo adalah tangal 28 Mei 1859 dan sebagai Bupati I adalah R.Notopuro atau bergelar R.T.P Tjokronegoro I.

 

Selama berkuasa, Bupati mendirikan masjid di Pekauman atau sekarang bernama Masjid Abror dan Masjid Jamik atau sekarang Masjid Agung sebagai peninggalan bupati yang wafat pada tahun 1862. Sebagai gantinya pada tahun 1863 diangkat kakak alnarhum sebagai Bupati Sidoarjo, yaitu Bupati R.T.A.A Tjokronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono). Pada masa pemerintahan  Tjokronegoro II telah memberikan perhatian besar atas pembangunan, di antaranya meneruskan pembangunan Masjid Jamik  perbaikan terhadap Pesarean Pendem.

 

Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro II telah pensiun dan wafat, lalu digantikan  R.P Sumodiredjo pindahan dari Tulungagung, namun hanya berjalan 3 bulan karena wafat. Selanjutnya, digantikan R.A.A.T. Tjondronegoro I hingga berganti-ganti namun tetap seputar keluarga R.A.A.T Tjondronegoro hingga berakhir seiring perubahan pemerintahan dari kolonial   Belanda ke pemerintahan kolonial Jepang pada 1942 hingga 1945. Nah, masa pedudukan Jepang, Kabupaten Sidoarjo telah dipimpin Bupati  R.A.A. Sujadi. Ketika Jepang menyerah dari sekutu pada 1945, lalu Indonesia Merdeka, namun Belanda kembali mencoba mendudukinya. Bahkan mengusai daerah Sidoarjo dibawah pemerintah Recomba,–kepanjangan tangan atau boneka pemerintah Balanda yang mengangkat  K. Ng. Soebekti Poespanoto. R. Soeharto, sebagai bupatinya. Baru tahun 1949, daerah Sidoarjo dikembalikan ke Pemerintah Indonesia, telah diangkat R. Soeriadi Kertosoeprojo sebagai  Bupati/Kepala Daerah di Kabupaten Sidoarjo. Di sini, boleh dibilang masa yang penuh dinamika seiring terjadinya kekecauan keamanan,–bahkan segala macam infiltrasi, terutama dari pihak yang tidak menyukai adanya Republik Indonesia. Namun semua itu akhirnya bisa teratasi, hingga seiring perjalanan waktu kepala daerah Kabupaten Sidoarjo terus silih berganti. Dan saat ini Kabupaten Sidoarjo dipimpin  Bupati H. Saiful Ilah SH,MHum dengan didampingi Wakil Bupati H. Nur Ahmad Syaifuddin SH dengan masa jabatan 2016-2021. Dalam membangun, kepemimpinan Bupati H. Saiful Ilah dengan H. Nur Ahmad Syaiffudin mempunyai visi dan misi ;  “Mewujudkan Kabupaten Sidoarjo Yang Inovatif, Mandiri, Sejahtera dan Berkelanjutan”.

Arti Lambang

logo-kabupaten-sidoarjo-jawa-timur

Lambang Daerah Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 4 bagian :

 

  1. Sebuah segilima beraturan yang sisi-sisinya berbentuk kurung kurawal melambangkan. Falsafah Pancasila yang juga mengandung arti bahwa rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo telah mentrapkan ajaran Pancasila dengan tertib dan pasti
  2. Sebuah bintang bersudut lima melambangkan : KeTuahanan Yang Maha Esa yang menggambarkan kehidupan ber-KeTuhanan / beragama dari rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo
  3. Setangkai padi, depalan belas butir dan sebatang tebu lima ruas dengan bentuk bulat melambangkan : Hasil bumi yang paling penting dalam daerah Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan bentuk yang membulat dari padi dan tebu tersebut menggambarkan kebulatan tekad untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. 18 (delapan belas) butir padi menunjukkan banyaknya Kecamatan dalam daerah Kabupaten Sidoarjo.
  4. Ikan bandeng dan ikan udang membentuk hurus ” S ” melambangkan : Hasil tambak dalam daerah Kabupaten Sidoarjo. Bentuk hurus ” S ” dari ikan bandeng dan ikan udang tersebut menunjukkan huruf pertama dari Sidoarjo

 

MAKNA WARNA-WARNA YANG DI PAKAI DALAM LAMBANG KABUPATEN SIDOARJO

  1. Warna Biru Laut pada lambang berarti air yang menggambarkan bahwa Daerah Kabupaten Sidoarjo yang terkenal dengan nama : “DELTA BRANTAS” dikelilingi air yaitu sungai dan laut. Warna biru laut yang terlepas dalam lingkaran padi dan tebu berarti air yang menggambarkan bahwa daerah Kabupaten Sidoarjo adalah daerah tambak yang banyak menghasilkan ikan bandeng dan ikan udang.
  2. Warna dasar Hijau menggambarkan kesuburan daerah Kabupaten Sidoarjo (Delta Brantas)
  3. Warna Kuning pada bintang, padi, tebu dan pita menggambarkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Sidoarjo
  4. Warna Hitam pada tebu, ikan bandeng, ikan udang dan tulisa Kabupaten Sidoarjo menggambarkan keteguhan Iman rakyat daerah Kabupaten Sidoarjo.
  5. Warna Abu-abu ikan bandeng dan ikan udang adalah warna pelengkap.

 

SLOGAN / MOTTO

SIDOARJO PERMAI BERSIH HATINYA

(Pertanian Maju, Andalan Industri, Bersih, Rapi, Serasi, Hijau, Sehat, Indah dan Nyaman)

Artinya Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah pertanian yang subur sebagai lumbung pangan, mempertahankan pertanian yang maju agar bisa swasembada pangan dengan cara identifikasi pertanian dan menggunakan mekanisasi teknologi tepat guna, di samping itu mendorong perkembangan industri yang semakin meningkat, maka kedua hal ini harus berkembang secara serasi. Selain itu masyarakat Kabupaten Sidoarjo berbudaya hidup dengan lingkungan yang bersih, rapi, serasi, hijau, sehat, indah dan nyaman.

GEOGRAFI
Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu penyangga Ibukota Propinsi Jawa Timur merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat. Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi yang ada di wilayahnya seperti industri dan perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan menengah dapat dikemas dengan baik dan terarah.

Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya manusia yang memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian regional.

Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112 5’ dan 112 9’ Bujur Timur dan antara 7 3’ dan 7 5’ Lintang Selatan. Batas sebelah utara adalah Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan, sebelah timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah Kabupaten Mojokerto.

Topografi :

Dataran Delta dengan ketinggian antar 0 s/d 25 m, ketinggian 0-3m dengan luas 19.006 Ha, meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakkan yang berada di wilayah bagian timur

Wilayah Bagian Tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Meliputi 40,81 %.

Wilayah Bagian Barat dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah pertanian. Meliputi 29,20%

Hidrogeologi : Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas 16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0-5 m dari permukaan tanah.

Hidrologi :

Kabupaten Sidoarjo terletak diantara dua aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di kabupaten Malang.

Klimatologi :

 

Beriklim topis dengan dua musim, musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dan musim hujan pada bulan Nopember sampai bulan Mei.

Struktur Tanah :

Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha

Assosiasi Alluvial kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha

Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha

Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha

logo-kabupaten-sidoarjo-jawa-timur

Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi 18 kecamatan antara lain :

  1. Sidoarjo
  2. Wonoayu
  3. Krembung
  4. Gedangan
  5. Taman
  6. Waru
  7. Balongbedno
  8. Tarik
  9. Prambon
  10. Krian
  11. Sukodono
  12. Buduran
  13. Sedati
  14. Jabon
  15. Porong
  16. Tanggulangin
  17. Candi
  18. Tulangan

 

Tinggalkan komentar